Kecelakaan KRL Commuter Line dengan truk tangki BBM Pertamina di
Bintaro, Jakarta Selatan, kemarin, cukup mengejutkan. Pasalnya,
kecelakaan yang sejauh ini menewaskan enam orang itu terjadi di
perlintasan resmi dan dijaga petugas PT KAI.
Bila di perlintasan berpalang pintu saja masih mungkin terjadi kecelakaan, bagaimana dengan perlintasan tak berpalang pintu? Pengendara tidak bisa memastikan kapan kereta lewat. Mereka hanya mengandalkan pengamatan dari sudut yang sempit.
Ada pula warga yang secara sukarela menjaga pintu perlintasan selama 24 jam, seperti terlihat di Jalan Cisangkan, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat.
Untuk menjaga perlintasan, para relawan melihat lampun sinyal. Bila lampu menyala, mereka akan menghentikan kendaraan agar tidak melintas, baik dari arah selatan maupun utara.
Sebagai tanda, biasa mereka akan berteriak atau memberikan isyarat dengan mengangkat tangan.
Rudi, salah seorang penjaga pintu, mengatakan, perlintasan tersebut sudah difungsikan sejak 2000. Warga inisiatif melakukan penjagaan setelah peristiwa kecelakaan terjadi, yakni sebuah sepeda motor ditabrak KA.
Namun, Rudi menyayangkan sampai saat ini tidak ada perhatian dari PT KAI. Setidaknya, kata Rudi, PT KAI memberikan pelatihan kepada para relawan cara menjaga pintu perlintasan.
Pintu tersebut dijaga oleh 16 orang secara bergantian yang bekerja selama 24 jam. Sebagai biaya jasa, para penjaga mengandalkan uang receh dari penggunaan jalan. Itu pun diminta seiklhasnya.
Perlintasan tersebut terbilang padat, dilintasi ribuan sepeda motor setiap hari. Jam sibuk biasanya pada pagi dan sore hari.
Rudi berharap, peran para relawan mampu meminimalisasi kecelakaan KA dengan sepeda motor. Laju KA tidak bisa dihentikan, sehingga ia berharap para pengendara sepeda motor bisa membantu relawan dengan cara menaati perintah.
Bila di perlintasan berpalang pintu saja masih mungkin terjadi kecelakaan, bagaimana dengan perlintasan tak berpalang pintu? Pengendara tidak bisa memastikan kapan kereta lewat. Mereka hanya mengandalkan pengamatan dari sudut yang sempit.
Ada pula warga yang secara sukarela menjaga pintu perlintasan selama 24 jam, seperti terlihat di Jalan Cisangkan, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat.
Untuk menjaga perlintasan, para relawan melihat lampun sinyal. Bila lampu menyala, mereka akan menghentikan kendaraan agar tidak melintas, baik dari arah selatan maupun utara.
Sebagai tanda, biasa mereka akan berteriak atau memberikan isyarat dengan mengangkat tangan.
Rudi, salah seorang penjaga pintu, mengatakan, perlintasan tersebut sudah difungsikan sejak 2000. Warga inisiatif melakukan penjagaan setelah peristiwa kecelakaan terjadi, yakni sebuah sepeda motor ditabrak KA.
Namun, Rudi menyayangkan sampai saat ini tidak ada perhatian dari PT KAI. Setidaknya, kata Rudi, PT KAI memberikan pelatihan kepada para relawan cara menjaga pintu perlintasan.
Pintu tersebut dijaga oleh 16 orang secara bergantian yang bekerja selama 24 jam. Sebagai biaya jasa, para penjaga mengandalkan uang receh dari penggunaan jalan. Itu pun diminta seiklhasnya.
Perlintasan tersebut terbilang padat, dilintasi ribuan sepeda motor setiap hari. Jam sibuk biasanya pada pagi dan sore hari.
Rudi berharap, peran para relawan mampu meminimalisasi kecelakaan KA dengan sepeda motor. Laju KA tidak bisa dihentikan, sehingga ia berharap para pengendara sepeda motor bisa membantu relawan dengan cara menaati perintah.
Sumber: http://bandung.okezone.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !